24 October 2005

USD Super Power

  • Market Review
  • Dollar ditutup menguat pada sesi terakhir perdagangan pekan lalu. Para pelaku pasar kembali memborong dollar masih dengan pertimbangan ekspektasi akan terus dinaikkannya suku bunga Amerika.

    Hingga akhir sesi perdagangan New York Jumat, euro diperdagangkan melemah setengah persen di 1.1950 terhadap dollar, setelah sempat menguat hingga level tertinggi 1.2075 pada sesi sebelumnya.

    Terhadap yen Jepang, dollar ditutup menguat 0,5 persen di 115.85, kembali mengancam level tertinggi 115.95 terhadap yen yang dicapai pada sesi Rabu sebelumnya.

    Mengenai melemahnya yen belakangan ini, Menteri Keuangan Jepang Sadakazu Tanigaki mengatakan pergerakan market yang spekulatif tidak diinginkan – sebuah pernyataan yang pada tahun-tahun sebelumnya merupakan simbol intervensi verbal untuk menekan dollar.

    Dengan demikian, total dalam sepekan, dollar berhasil mencatatkan gain sekitar 1,6 persen terhadap yen sementara euro melemah sekitar 1,1 persen terhadap dollar.

    Poundsterling, sementara itu, turun 0,3 persen terhadap dollar di kisaran 1.7680. Sedangkan terhadap franc Swiss, dollar berhasil menguat 0,4 persen dan ditutup di kisaran 1.2920.

    Hampir sepanjang pekan lalu, dollar terdukung oleh serangkaian pernyataan para pejabat Federal Reserve yang menitikberatkan pada tekanan inflasioner dalam perekonomian Amerika serta menegaskan bahwa Fed akan berusaha keras untuk mengendalikan laju inflasi tersebut.

    Komentar-komentar tersebut semakin memperbesar kemungkinan bahwa Fed akan terus menaikkan suku bunganya, sehingga berarti pula dollar akan semakin diuntungkan dari selisih imbal hasil atau yield antar negara.

    Sebagaimana diketahui, Federal Reserve telah sebelas kali berturut-turut menaikkan suku bunga benchmark-nya sejak Juni 2004, sehingga kini berada pada level 3,75 persen. Para ekonom umumnya memperkirakan Fed masih akan menaikkannya lagi pada sisa tahun ini hingga mencapai level 4,25 persen nantinya, bahkan mungkin lebih pada tahun depan.

    Namun, para analis sendiri nampak saling silang pendapat mengenai akan seberapa jauh dollar menguat atas dasar selisih imbal hasil tersebut.

    Sebagian analis berpendapat, faktor inflasi dan ekspektasi kenaikan suku bunga yang memicu menguatnya dollar akhir-akhir ini dinilai telah terlalu berlebihan dan karenanya mulai mendekati titik jenuh.

    Mengenai euro sendiri, melemahnya euro kemarin sedikit tertahan setelah ekonom bank sentral Eropa, Otmar Issing mengatakan bahwa bank sentral mesti mewaspadai dan ekstra hati-hati dalam menangani masalah inflasi. Pernyataan Issing tersebut memicu spekulasi bahwa bank sentral Eropa, ECB, mungkin akan juga akan menaikkan suku bunganya dalam waktu yang lebih cepat dari perkiraan market sebelumnya.

    Namun pernyataan Issing tersebut kemudian dimentahkan oleh gubernur bank sentral Eropa sendiri. Presiden ECB, Jean-Claude Trichet, mengatakan bahwa meski resiko inflasi semakin meningkat dan karenanya perlu diwaspadai, tingkat suku bunga ECB saat ini dinilai masih cukup untuk mengendalikannya.

    Sejak lebih dari dua tahun terakhir, ECB mempertahankan suku bunganya tetap pada level 2,0 persen.

    Meski demikian, dari pernyataan-pernyataan para pejabat ECB sebelumnya, market menjadi semakin yakin bahwa bank sentral Eropa tersebut sedang mempersiapkan kenaikan suku bunga, paling tidak dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan. Jika benar demikian, langkah ECB tersebut nantinya tentu saja akan mengubah gambaran selisih imbal hasil yang selama ini lebih berpihak pada dollar.

    Setelah selama lebih dari satu tahun, Federal Reserve mendominasi tren market dengan serangkaian kenaikan suku bunganya, muncul kini kemungkinan bahwa ECB akan menaikkan suku bunganya tahun depan, semakin kecil kemungkinan BoE (bank sentral Inggris) memangkas kembali suku bunganya, serta BoJ (bank sentral Jepang) menjauh dari tingkat suku bunga nol persennya.

  • Fokus Market
  • Di samping faktor selisih suku bunga, faktor lain yang berpeluang besar mendukung penguatan dollar dalam jangka waktu dekat adalah arus repatriasi perusahaan-perusahaan multinasional Amerika. Dengan undang-undang yang baru (Homeland Investment Act), pemerintah Amerika memberikan keringanan pajak yang dikenakan bagi pendapatan yang diterima dari luar negeri. Dampaknya, diperkirakan sekitar 200 hingga 500 milyar dollar dana akan mengalir masuk ke Amerika.

    Faktor repatriasi ini mungkin tidak akan langsung terasa dampaknya saat ini, namun akan sangat menarik untuk melihat seberapa besar pengaruh positifnya bagi dollar nantinya.

    Untuk pekan ini, jadwal rilis data hasil survai IFO Jerman dan data Kepercayaan Konsumen Amerika untuk bulan Oktober, merupakan data-data yang berpeluang menjadi penggerak market. Berikutnya, pidato Chairman Federal Reserve Alan Greenspan pada hari Kamis mendatang akan kembali disimak untuk pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan masalah pertumbuhan ekonomi.

    Terakhir dan sekaligus menjadi pusat perhatian market pekan ini adalah data GDP kuarter ke tiga Amerika yang dijadwalkan rilis pada hari Jumat.

  • Komentar Teknikal
  • GBP dari chart daily sepertinya membuat formasi dark cloud cover (detil bisa dilihat di sini). Sepanjang level 1.7600 masih bertahan, kemungkinan untuk kembali bergerak naik masih besar. Sebaliknya bila level 1.7600 pecah maka kemungkinan untuk ke level 1.7300 masih terbuka lebar.