GBP down trend continue
Yen menjadi mata uang yang paling terpukul oleh aksi penyesuaian posisi menjelang akhir tahun ini. Setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam tujuh minggu terhadap dollar pada awal-awal sesi Asia, yen kemudian melemah terhadap dollar dan mata uang lainnya seiring dengan kembali bergesernya fokus market pada kemungkinan diperpanjangnya periode suku bunga mendekati nol persen bank sentral Jepang.
Yen sendiri hampir sepanjang tahun 2005 tertekan karena semakin lebarnya selisih tingkat suku bunga Jepang dengan negara-negara lainnya terutama Amerika, sehingga memicu aksi jual yen oleh para pemodal yang lebih memilih mata uang yang memberikan imbal hasil atau yield lebih tinggi.
Meski demikian, dalam beberapa sesi terakhir, yen mengalami rebound tajam, dan memaksa dollar menjalani minggu paling berat dengan kerugian sepekan terbesar dalam enam tahun terakhir terhadap yen.
Di akhir sesi perdagangan New York, poundsterling melemah sekitar 0,6 persen di 1.7616 terhadap dollar. Sementara dollar Australia juga melemah sekitar 0,6 persen di 0.7395 terhadap dollar.
Dilain pihak, euro relatif stabil di kisaran 1.2000 terhadap dollar, atau persis di tengah-tengah rentang perdagangan antara 1.1900 hingga 1.2100 yang diperkirakan akan menjadi batas sepanjang sisa tahun ini.
Terhadap yen, dollar menguat sekitar 0,3 persen di 116.06.
Sebelumnya, data Producer and Import Prices Swiss pada pukul 15:15 WIB juga berpotensi menjadi penggerak market hari ini. Data untuk bulan November ini diperkirakan para analis akan mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir. Tingkat inflasi selama ini merupakan jaminan akan adanya perubahan atau pergeseran kebijakan moneter. Namun, jika harga-harga produsen atau konsumen di Swiss mulai melambat, keputusan SNB (bank sentral Swiss) yang pekan lalu menaikkan suku bunganya bisa dibilang prematur dan mungkin justru berakibat pada terganggunya pertumbuhan ekonomi.
Sementara untuk data PPI Amerika nanti malam, meningkatnya demand (tingkat permintaan) dari dalam negeri nampaknya akan memicu naiknya tingkat inflasi. Walaupun turunnya harga minyak akan berdampak pada turunnya angka pada data headline, tanpa menghitung komponen makanan dan energi, PPI diperkirakan meningkat sebesar 0,2 persen bulan lalu.
Melonjaknya permintaan domestik dan tingkat konsumsi dalam negeri akan mendorong naiknya pula harga-harga baik dari sisi konsumen maupun produsen, sebagaimana teori fundamental 'low supply, higher prices' (minimnya suplai memicu naiknya harga-harga). Dan peningkatan tersebut nantinya akan berdampak pada semakin besarnya peluang dinaikkannya lagi tingkat suku bunga Federal Reserve.
Sepertinya bullish GBP agak kesulitan mempertahankan momentum pergerakan harga dan kini harga berada dalam fibonacci 38.2%. Harapan bullish untuk kembali merebut pergerakan harga berada di support level 1.7500. Bagi bearish, posisi di kisaran 1.7800 telah membuat semacam pola double top yang menandakan berakhirnya rebound GBP dan trend kembali berlanjut ke level – level rendah. | Resist 1.7788 1.7736 1.7703 1.7650 1.7596 1.7563 1.7511 Support |