31 October 2005

Strong US Week...

  • Market Review
  • Dollar menguat pada sesi perdagangan terakhir pekan lalu. Meski demikian, jika dihitung per pekannya, dollar tetap ditutup melemah dibanding dengan level penutupan minggu sebelumnya terhadap mata uang utama dunia lainnya.

    Dollar sepanjang pekan lalu melemah dimulai sejak berita pada hari Senin mengenai telah ditunjuknya pengganti Alan Greenspan yang masa jabatannya sebagai Chairman Federal Reserve akan berakhir pada 31 Januari tahun depan, yaitu Ben Bernanke, yang saat ini masih menjabat sebagai ketua tim penasihat ekonomi Presiden George W. Bush. Penunjukkan tersebut sempat menimbulkan keraguan di kalangan para pelaku pasar sebab Bernanke selama ini dianggap sebagai tokoh yang tidak seagresif Greenspan mengenai program pengetatan moneter Amerika.

    Menjabat sebagai Gubernur Fed dari Agustus 2002 hingga Juni 2005, Bernanke kemudian diangkat sebagai ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. Dalam tahun-tahun pertama masa jabatannya, Bernanke menarik perhatian market dengan pernyataan-pernyataannya mengenai kemungkinan deflasi bagi perekonomian Amerika.

    Untuk mencegah kemungkinan deflasi tersebut, Federal Reserve kemudian memangkas suku bunganya hingga mencapai level satu persen pada bulan Juni 2003, yang merupakan level suku bunga Amerika terendah dalam kurun waktu 45 tahun.

    Karena itu, market pun sementara ini masih bertanya-tanya mengenai apakah Bernanke nantinya akan agresif dalam mengatasi ancaman inflasi sebagaimana dia tegas mengatasi deflasi beberapa tahun yang lalu.

    Melemahnya dollar pekan lalu sebenarnya baru dimulai sejak data Kepercayaan Konsumen Amerika yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan penurunan hingga mencapai level terendah dalam dua tahun terakhir. Badai Katrina dan Rita, tingginya harga minyak, serta segala ketidakpastian mengenai ketenagakerjaan di Amerika menjadi faktor-faktor utama penyebab turunnya angka indeks Consumer Confidence pada bulan Oktober. Sementara di lain pihak, indeks kepercayaan konsumen Jerman, sebagai negara anggota euro terbesar, justru menunjukkan peningkatan hingga mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir.

    Durable Goods Orders yang dirilis pada hari Kamis minggu lalu, turun 2,1 persen, hampir dua kali lebih jelek dari estimasi para analis sebelumnya. Dan pada hari Kamis pula, muncul berita mengenai beberapa masalah politik dalam pemerintahan Bush. Kemungkinan tuntutan terhadap beberapa pejabat Gedung Putih atas bocornya identitas seorang agen CIA yang berperan besar dalam skenario perang terhadap Irak, serta mundurnya kandidat ketua Mahkamah Agung yang dicalonkan Bush sendiri mengalihkan perhatian para pelaku pasar dari faktor selisih suku bunga yang selama ini positif bagi dollar.

    Terakhir terungkap bahwa hanya satu pejabat Gedung Putih yang dinyatakan terlibat dalam kasus bocornya identitas agen CIA tersebut. Kepala staf Wakil Presiden Dick Cheney, Lewis Libby, dinyatakan Dewan Juri terlibat dengan tuduhan menghalangi keadilan dan membuat pernyataan palsu.

    Beberapa saat setelah pengumuman tersebut, Libby mengundurkan diri dan dibawa ke pengadilan federal di Washington.

    Libby, yang berperan penting di balik skenario perang Irak, dituduh berbohong pada tahun 2003 lalu tentang bagaimana dan kapan dia mengetahui dan membeberkan pada media informasi penting mengenai operasi rahasia agen CIA, Valerie Plame.

    Jatuhnya tuduhan terhadap Libby seorang tersebut belum sepenuhnya melegakan market karena proses penyelidikan belum berakhir.

    Hingga akhir sesi perdagangan New York, euro diperdagangkan melemah di kisaran 1.2064, atau turun sekitar 0,6 persen dari level penutupan Kamis. Terhadap yen, dollar menguat 0,2 persen dan ditutup di kisaran 115.64.

    Setelah dipukul data-data dan even yang tidak begitu mendukung bagi tren penguatan dollar, dollar akhirnya terbantu oleh data GDP yang dirilis pada hari Jumat lalu. Dari data GDP tersebut diketahui bahwa perekonomian Amerika berkembang 3,8 persen, lebih baik dari estimasi para analis sebelumnya yang memperkirakan angka pertumbuhan 3,6 persen untuk kuarter ketiga. Meskipun dampak badai Katrina dan Rita menimbulkan keraguan terhadap beberapa detil dalam laporan, data GDP tersebut secara keseluruhan berdampak positif bagi dollar, sehingga dollar mampu merebut kembali sebagian kerugian yang dialami pada sesi-sesi sebelumnya.

    Dengan kombinasi solidnya angka pertumbuhan plus indikasi meningkatnya tekanan harga-harga, dapat diambil kesimpulan bahwa yield atau tingkat imbal hasil Amerika akan terus naik dan Federal Reserve juga akan berlanjut menaikkan suku bunganya. Kedua faktor inilah yang selama ini berperan besar dalam menguatnya dollar.

    Terhadap franc Swiss, dollar diperdagangkan di 1.2802, atau menguat setengah persen dari level penutupan sebelumnya. Sementara di lain pihak, poundsterling melemah 0,5 persen dan ditutup di kisaran 1.7741 terhadap dollar pada akhir sesi.

    Berbicara faktor tekhnikal, RSI atau indeks kekuatan relatif dollar telah turun mencapai level terendah lima minggu di kisaran 50 persen, sementara indikator tekhnikal lainnya juga mulai memberikan sinyal-sinyal negatif bagi dollar.

    Namun meskipun gambaran tekhnikal mulai kurang mendukung bagi menguatnya dollar, di sisi lain, gambaran fundamental masih lebih berpihak pada dollar dengan pertimbangan utama masih seputar prospek terus dinaikkannya suku bunga bank sentral Amerika.

    Data lain yang juga dirilis Jumat lalu menunjukkan indeks kepercayaan konsumen untuk bulan Oktober dari hasil survai Universitas Michigan turun lebih rendah dari perkiraan para analis. Angka aktual indeks Consumer Sentiment untuk bulan Oktober turun menjadi 74,2 dari 75,4 pada bulan sebelumnya. Meski demikian, data tersebut tercatat hanya sedikit berdampak negatif bagi dollar.

  • Market Preview
  • Minggu ini, akan sangat padat dengan data-data dan even-even penting perekonomian. Dari Amerika sendiri tak kurang data ISM dan Nonfarm Payrolls, yang merupakan data-data yang sangat diperhatikan market, dijadwalkan rilis pekan ini. Tidak hanya itu perhatian market juga akan terutama tertuju pada perkembangan faktor selisih suku bunga antar negara.

    Beberapa bank sentral utama dunia, bank sentral Jepang BoJ, Federal Reserve Amerika, RBA Australia, serta bank sentral Eropa ECB, dijadwalkan mengumumkan keputusan mereka mengenai tingkat suku bunga pada pekan ini. Di antara bank-bank sentral tersebut, nampaknya hanya Federal Reserve Amerika yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunganya dari 3,75 persen saat ini, menjadi 4 persen nantinya. Ini tentu saja merupakan faktor yang sangat positif bagi dollar. Meski demikian, pengumuman dari bank-bank sentral lainnya juga akan sangat perlu diwaspadai untuk segala petunjuk mengenai kemungkinan naiknya suku bunga dalam jangka waktu dekat, terutama oleh bank sentral Eropa dan Jepang.

    Sedangkan untuk hari ini, data yang paling mungkin menggerakkan market hari ini adalah data Chicago PMI yang akan dirilis pukul 22:00 WIB. Aktivitas industri di kawasan Chicago dan sekitarnya diperkirakan mengalami kontraksi/penyusutan pada bulan Oktober menjadi 57,2 dari 60,5 pada bulan sebelumnya. Ini menunjukkan turunnya optimisme para industriawan Chicago dan sekitarnya seiring dengan masih tingginya harga-harga bahan baku. Segi positifnya, angka indeks di atas 50 berarti mereka yang melaporkan bahwa bisnis berkembang masih lebih banyak dari mereka yang melaporkan bisnis sedang mengalami penurunan.

  • Komentar Teknikal
  • GBP dari chart daily masih belum dapat keluar dari kelompok akumulasi, namun secara perlahan kekuatan bearish kembali terlihat sejak gagalnya GBP kembali ke level 1.7900. Selanjutnya sepanjang level 1.7900 masih menjadi level resistance, maka GBP masih berpeluang kembali ke level 1.7600 atau bahkan men-test level low tahun ini di 1.7275.