Dollar Benefits from Yield, Oil and Growth
Indikator inflasi Amerika bertahan stabil pada bulan September sementara indeks ekonomi regional menunjukkan lonjakan di luar perkiraan pada bulan Oktober. Dan itu semua menjelang apa yang telah secara umum diantisipasi sebagai kenaikan suku bunga Federal Reserve untuk keduabelas kalinya berturut-turut.
Data yang dirilis kemarin menunjukkan indeks aktivitas industri di kawasan Chicago dan sekitarnya naik menjadi 62,9 pada bulan Oktober dari 60,5 pada bulan September sebelumnya. Angka aktual indeks tersebut lebih baik dari estimasi para analis yang sebelumnya memperkirakan angka indeks turun menjadi sekitar 58,0.
Positifnya angka data Chicago PMI tersebut menegaskan penilaian optimis Federal Reserve terhadap perekonomian Amerika dan mengindikasikan bahwa kampanye pengetatan kredit Federal Reserve masih akan terus dilanjutkan. Pada intinya, data tersebut berdampak positif bagi dollar.
Sebelumnya, data indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditure, tingkat konsumsi per kapita), yang merupakan indikator inflasi favorit Federal Reserve, naik 2 persen dari bulan September tahun lalu (year-on-year basis). Peningkatan tersebut sama dengan peningkatan pada bulan Agustus sebelumnya. Meski stabil, dengan peningkatan sebesar 2 persen tersebut, berarti tingkat inflasi Amerika masih mengambang di batas atas toleransi Federal Reserve.
Hingga akhir sesi perdagangan Amerika, dollar berhasil menyentuh level tertinggi sejak September 2003 di kisaran 116.45 terhadap yen dan ditutup di kisaran 116.42, atau menguat sekitar 0,6 persen dari level penutupan sebelumnya. Namun, aksi jual dollar dari beberapa nama Asia berhasil menahan dollar menguat menembus level 116.50 terhadap yen.
Yen melemah bahkan setelah bank sentral Jepang memprediksikan deflasi yang telah tujuh tahun lebih membelit perekonomian Jepang akan berakhir pada tahun fiskal ini (31 Maret 2006). Bank of Japan juga menyatakan dalam laporan per semesternya bahwa mereka mungkin akan mulai menaikkan suku bunga dari level nol persen saat ini, pada bulan April tahun depan.
Sementara itu, euro sempat terpuruk di kisaran terendah 1.1966 sebelum kemudian berhasil menebus kembali sebagian kerugian dan ditutup di kisaran 1.1981 atau terhitung hanya melemah sekitar 0,6 persen dari level penutupan sebelumnya terhadap dollar.
Para analis berpendapat, gain dollar versus euro mungkin akan tertahan oleh spekulasi-spekulasi seputar rencana bank sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunganya di bulan Desember, yang akan menjadi langkah pertama mereka setelah selama kurang lebih lima tahun bertahan dengan suku bunga dua persen.
Lima puluh dua persen dari total 58 pialang Sydney hingga New York yang disurvai pada tanggal 28 Oktober merekomendasikan beli euro terhadap dollar, dibandingkan dengan 29 persen yang menyarankan jual euro.
Mereka beralasan, resiko inflasi semakin meningkat baik untuk jangka pendek maupun jangka menengah, sebagai dampak dari tingginya harga minyak, sebagaimana yang dikatakan Wakil Presiden ECB Lucas Papademos di Brussels beberapa hari yang lalu. Market memperkirakan resiko inflasi ini semakin meningkat, dan ECB jelas akan berusaha untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi.
Terhadap franc Swiss, dollar juga berhasil membukukan gain sekitar 0,6 persen dan ditutup di 1.2895 terhadap dollar.
Pengumuman suku bunga Federal Reserve ini dijadwalkan pada pukul 02:15 dini hari WIB.
Sebelumnya, data indeks manufaktur ISM pada pukul 22:00 WIB juga cukup menarik untuk disimak. Indikator aktivitas sektor industri Amerika tersebut, untuk bulan Oktober, diperkirakan tertahan dengan proyeksi penurunan menjadi sekitar 57,0 dari 59,4 pada bulan September.
Sementara itu JPY masih dalam kecenderungan untuk bergerak menuju 119.00. Level 116.00 sekarang menjadi support level yang harus dipecahkan bila JPY ingin kembali ke kisaran level 114.00.